Judul

Ketika Dokter Bercerita Kehilangan

Penulis

Asroruddin Zoechni, Nevita Bachtiar, Acep Ahmad, Eva Nurfarihah, Caecilia Titik Nurwahyuni, Danayu Sanni, Darmanelly, Dewi Puspita, Eka Ardiani Putri, lzzuddin Fatoni, Jojor Putrini Sinaga, Khairun Nisa, Sari Eka Pratiwi, Wahyu Utomo

Ukuran

14 cm x 20 cm

Jumlah Halaman

138

Blurb/Sinopsis

Kehilangan, dalam bentuk apa pun, selalu meninggalkan perih. Terlebih jika yang hilang adalah orang terdekat. Tapi haruskah kita terus-menerus terpuruk? Tidak.
Sebagai dokter, senyum harus tetap terjaga di hadapan pasien, meski hati sendiri remuk.
Tapi bagaimana caranya tetap tegar?

“Aku telah gagal menyelamatkan nyawa bayi itu lebih awal. Aku dengan mudahnya berempati, tetapi sesungguhnya aku tak tahu rasanya kehilangan.”
“Aku berharap janin kedua masih hidup, tetapi qadarullah, nasibnya sama dengan janin pertama. Delivering bad news kepada istri sendiri sungguh sangat menyayat hati dan mulutku serasa terkunci.”
“Sudahlah, Mbak, enggak ada yang perlu disesali lagi. Makhluk yang bernyawa saja jika Tuhan berkehendak, akan diambil-Nya, apalagi ini, yang hilang hanya benda mati. Nanti kita bisa cari lagi.”

Dokter diajari mengkarantina perasaan agar mampu berdiri tegar menghadapi kematian. Namun di balik jubah putih itu, mereka pun manusia yang terkadang retak, rapuh, dan terluka oleh kehilangan. Kisah-kisah dalam buku ini bukan hanya tentang mereka, yang berkata, “Aku mencintaimu, aku menginginkanmu.” Kita lupa bahwa segalanya adalah titipan, dan pada akhirnya, rencana-Nya selalu melampaui logika dan kehendak kita.

Begitulah buku ini berkisah. Tentang duka yang dibungkam, tentang air mata yang tak sempat jatuh, dan tentang cinta yang harus direlakan. Sebuah perjalanan menyadarkan kita: bahwa kehilangan bukan akhir segalanya, melainkan jalan pulang menuju penerimaan yang paling dalam.

Scroll to Top